Bangunan Eropa ini cenderung ke bentuk baroque, berikut corak Corinthian dan doriq. Sedang pada bangunan joglonya, khususnya pendopo sudah termodifikasi menjadi tertutup, tidak terbuka seperti pendopo joglo rumah Jawa. Pendopo Jawa umumnya terpisah dari bangunan utamanya, sedangkan yang ini menyatu. Relief-relief dengan warna-warna hijau kuning, menunjukkan bukan lagi warna-warna Jawa lagi. Munculnya kaca-kaca warna-warni yang menjadi mosaik penghubung antar pilar-pilar, menunjukkan joglo ini memang sudah menerima sentuhan lain.
Sejak tahun 70-an, kerajinan perak produksi Kota Gede telah diminati wisatawan mancanegara, baik yang berbentuk perhiasan, peralatan rumah tangga ataupun aksesoris penghias. Lokasi perajin perak di Kota Gede tersebar merata, mulai dari Pasar Kota Gede sampai Masjid Agung. Saat ini sekitar 60 toko yang menawarkan berbagai produk kerajinan perak.
Sedikitnya ada empat jenis tipe produk yang dijual, yakni filigri (teksturnya berlubang-lubang), tatak ukir (teskturnya menonjol), casting (dibuat dari cetakan), dan jenis handmade (lebih banyak ketelitian tangan, seperti cincin dan kalung). Secara umum hasil kerajinan perak di kota ini terbagi dalam 4 jenis, yaitu aneka perhiasan (kalung, gelang, cincin, anting), miniatur seperti kapal dan candi, dekorasi atau hiasan dinding dan aneka kerajinan lainnya.
Bahan baku kerajinan perak Kota Gede ada 2 yaitu lembaran perak yang biasa disebut Gilapan dan benang-benang perak yang biasanya disebut Trap atau Filigran. Dalam setiap proses pembuatannya, ternyata tidak sepenuhnya berbahan dasar perak murni melainkan ada pencampuran dengan tembaga. Seratus persen perak dicampur dengan tembaga 7,5%. Sebab kalau perak murni terlalu lembek dan kurang kuat untuk dijadikan barang kerajinan, oleh karenanya dicampur tembaga sebagai pengerasnya.
Dan hasil Gilapan berbentuk lembaran ataupun batangan perak itu dipukul-pukul dengan alat tertentu seperti palu yang kemudian menjadi lembaran-lembaran gepeng. Setelah itu dibentuk sesuai dengan disain yang telah dibuat.
Gramofon Eropa
Tampak dari depan, bangunan Istana Siak berdiri megah dengan corak arsitektur paduan harmonis gaya bangunan Eropa, Arab, dan Melayu asli. Menjelang pembangunan istana ini pada 1889, Sultan Assyayidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin Syah--Sultan XI--yang memerintah kerajaan Siak ketika itu melakukan lawatan ke Eropa, dan mengunjungi negeri Belanda dan Jerman. Dalam lawatan itu, Sultan juga membeli banyak peralatan dan perlengkapan dari Eropa yang akan mengisi istana yang diberi nama Asirayatul Hasyimah itu.
Salah satu benda penting di istana tersebut, yakni 'Komet'. Komet merupakan gramofon besar, yang terletak dalam sebuah lemari kayu yang sangat berat. Di dunia ini cuma ada dua gramofon sebesar itu selain di Istana Siak, sebuah lagi bisa dijumpai di negara asalnya Jerman. Gramofon itu masih bisa digunakan hingga kini.
Sejak tahun 70-an, kerajinan perak produksi Kota Gede telah diminati wisatawan mancanegara, baik yang berbentuk perhiasan, peralatan rumah tangga ataupun aksesoris penghias. Lokasi perajin perak di Kota Gede tersebar merata, mulai dari Pasar Kota Gede sampai Masjid Agung. Saat ini sekitar 60 toko yang menawarkan berbagai produk kerajinan perak.
Sedikitnya ada empat jenis tipe produk yang dijual, yakni filigri (teksturnya berlubang-lubang), tatak ukir (teskturnya menonjol), casting (dibuat dari cetakan), dan jenis handmade (lebih banyak ketelitian tangan, seperti cincin dan kalung). Secara umum hasil kerajinan perak di
Bahan
Dan hasil Gilapan berbentuk lembaran ataupun batangan perak itu dipukul-pukul dengan alat tertentu seperti palu yang kemudian menjadi lembaran-lembaran gepeng. Setelah itu dibentuk sesuai dengan disain yang telah dibuat.
Gramofon Eropa
Tampak dari depan, bangunan Istana Siak berdiri megah dengan corak arsitektur paduan harmonis gaya bangunan Eropa, Arab, dan Melayu asli. Menjelang pembangunan istana ini pada 1889, Sultan Assyayidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin Syah--Sultan XI--yang memerintah kerajaan Siak ketika itu melakukan lawatan ke Eropa, dan mengunjungi negeri Belanda dan Jerman. Dalam lawatan itu, Sultan juga membeli banyak peralatan dan perlengkapan dari Eropa yang akan mengisi istana yang diberi nama Asirayatul Hasyimah itu.
Salah satu benda penting di istana tersebut, yakni 'Komet'. Komet merupakan gramofon besar, yang terletak dalam sebuah lemari kayu yang sangat berat. Di dunia ini cuma ada dua gramofon sebesar itu selain di Istana Siak, sebuah lagi bisa dijumpai di negara asalnya Jerman. Gramofon itu masih bisa digunakan hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar